image1 image2 image3

HELLO I'M SALMAN ALFA|WELCOME TO MY PERSONAL BLOG|I LOVE TO DO CREATIVE THINGS|I'M PROFESSIONAL GRAPHIC DESIGNER

Peran dosen di masyarakat (hasil touring bersama dosen elektro)



Hari senin merupakan hari yang tidak disukai oleh golongan tertentu. Ada yang menganggap senin merupakan hari berat dan penuh penderitaan. Sampai dikenal dengan istilah "I hate Monday". Tapi tidak bagi saya. Senin, 11 Oktober 2010 merupakan hari yang membuat saya mengerti dan membuka wawasan baru.

Cerita ini saya mulai dari perjalanan ke kampus pagi hari itu. Pada hari sebelumnya saya sudah dihubungi oleh Sindi (teman sekelas) bahwa diajak Jurusan (Teknik Elektro) untuk ikut pengabdian masyarakat hari senin. Karena ada rencana itu, tentu sebagai mahasiswa normal dan banyaknya tugas yang tidak pernah habis, saya tidak mengerjakan tugas untuk hari senin. Alih-alih ada amanah dari jurusan untuk ikut dosen merupakan alasan pas untuk ijin tidak ikut kelas dan tidak mengerjakan tugas (Payah banget gue ni...).

Sebenarnya ada agenda UTS (Ujian Tengah Semester) untuk matakuliah Basis Data dan tugas resume untuk matakuliah Kurikulum Pendidikan Kejuruan. Tapi  karena ada rencana pengabdian itu, maka diberi ijin khusus oleh jurusan untuk tidak mengikuti kuliah (Alhamdulillah...).


Pengabdian masyrakat ini merupakan proyek dari Ibu Anik (Dosen Teknik Elektro). Sebagai dosen, tentu mengemban tanggung jawab untuk terjun ke masyarakat dan mengabdiakan ke masyarakat. Poin itulah yang membuat saya membuka wawasan. Selama ini saya menganggap bahwa dosen-dosen hanya bertugas mengajar mahasiswa di kelas. Eh...ternyata dengan adanya acara ini, baru sadar bahwa tugas dosen tidak hanya itu.


Perjalanan ke lokasi dimulai jam 10.45 WIB. Rencananya berangkat jam 10.30, namun karena masih ada sekelumit urusan di jurusan maka pemberangkatan jadi terlambat. Sebelumnya sudah ada briefing kilat dari Ibu Anik. "Sindhi ngurusi absensi... Eva bagian konsumsi...Salman dan Zenda ngurusi perlengkapan umum...nanti Salman dan Zenda dibantu mas Aziz....mas Aziz PTI 2008..." Ujar ibu Anik dengan cepat. Karena jobdesc sudah jelas maka langsung kerja(cap...cus...). Ambil LCD dan screen-nya. Sedangkan Eva dan Sindhi terlihat sibuk dengan Bu Anik mempersiapkan sesuatu, entah itu konsumsi atau surat, saya kurang tahu. 


Perjalanan masih belum bisa berangkat karena harus menunggu Ibu Yuni (Dosen sekaligus Sekretaris Jurusan). Nunggu lagi...nunggu lagi...


Setelah beberapa menit kemudian akhirnya sosok yang dinanti muncul juga. "Ayo mom (baca: mem) berangkat! arek-arek wes siap iki..." ujar Bu Anik kepada Ibu Yuni. "Siapa yang bawa sepeda motor ini? " ujar Ibu Anik sambil menunjuki kami semua urut. Tentu saja saya geleng-geleng kepala. Tapi zenda mengangguk tanda bawa motor. "Yo wes...Salman pakek motornya bu Anik..." tutur Ibu Anik sambil menyerahkan kunci motor ke saya. Langsung saya terima kunci motornya tanpa pikir panjang.


Semua rombongan mulai turun tangga keluar gedung, karena tadi setting-nya di Lantai 2 gedung G4 dekat ruang Kajur. Saya tentu jalan ke arah parkir untuk ambil motor bu Anik. Karena tidak tahu motor Ibu Anik, saya bertanya kepada beliau yang kebetulan berjalan dekat dengan saya. "Ini Salman...motor Bu Anik (sambil menunjuk motor Matic warna biru yang mereknya tidak saya lihat)" ujar Ibu Anik. Sentak saya kaget karena sebelumnya saya BELUM PERNAH SAMA SEKALI NAIK MOTOR MATIC. Tentunya anda mengerti kenapa saya meng-Caps Lock tulisan tadi. Memang benar, saya benar-benar belum pernah naik matic. Apalagi punya dosen...(shocking mode on)...saat menulis post ini saya juga masih nggak percaya. Biar kelihatan profesional, langsung saya keluarkan motor bu Anik dari parkiran dibantu satpam yang pake setelan putih dan celana biru gelap rapi. Saya belum tahu namanya. Mudah-mudahan segera tahu. Barangkali ada yang tahu...tolong komen nama satpam tadi.


Tapi semenjak SMA saya sudah tahu kalau cara menghidupkan motor matic dengan mengerem sebelah kiri sambil menekan tombol electric starter. Benar-benar informasi ringan tapi menjunjung harkat dan martabat saya (lebay....).  Terima kasih buat teman-teman SMA. Langsung saya coba, tarik tuas rem kiri, tekan tombol electric starter. "Ndreeennnn...ndrenn...ndreeenn...(bunyi motor dan getaran mesin)". Alhamdulillah mesin nyala. Teorinya berhasil! Saya langsung menyetir motor keluar dari parkiran. Tentu nggak usah saya ceritakan mengapa saya bisa nyetir motor...malah nanti gak kesampaian cerita hari ini...


Rombongan berangkat. Pak Didik, Ibu Anik, dan Sindi ada di mobil Ibu Yuni. Saya mbonceng mas Aziz. Zenda mbonceng Eva. Pak Teguh dan Mas Nova naik MegaPro(bukan nama pasangan calon presiden). Lokasi tujuan berada di Desa Besuki di UD. Dharma Putra. Usaha dagang untuk kerajinan barang-barang dari batu seperti pot bunga, atribut kolam, dll.

Perjalanan ditempuh kurang lebih 20 menit. Belok kanan...belok kiri...lighting kanan...linghting kiri...lihat spion dikit...liat cewek...toleh kanan...toleh kiri....Akhirnya sudah sampai lokasi kira-kira jam 11-an. Saya parkir sepeda motor matic Ibu Anik dekat rumah pemilik UD Dharma Putra biar teduh. Terllihat beberapa orang yang bercengkrama di luar rumah mulai masuk rumah. Mungkin menanti kedatangan kita. Sepertinya mereka pekerja dari UD Dharma Putra.

Karena saya bagian persiapan dan perlengkapan, maka saya langsung mengambil screen LCD di mobil Ibu Yuni. Diangkat pelan-pelan dan dibawa masuk ke dalam rumah. Langsung ditata yang saat itu saya dibantu pak Teguh dan kawan-kawan lain. “Angkaten ini man…ambek iki ijek’en (angkat ini man…sambil mengijak ini)” ujar pak Teguh seraya membantu saya memasang screen LCD. Di belakang saya, terlihat Zenda sedang sibuk memasang backdrop bersama mas Nova sambil sekali menghatamkan paku dan palu yang dipegangnya. Terlihat mas Nova kerepotan, karena masih mengkalungkan kamera DSLR Canon EOS 400D warna hitam di pundaknya. Saya hafal benar merek dan tipe kamera itu. Dulu pernah saya pinjam.

Sosialisasi siap dilaksanakan. LCD sudah menyala terang, terlihat di screen menunjukkan slide pak Didik yang rupanya sudah disiapkan sebelumnya. Kalau tidak salah judulnya ada kata-kata Pot bunga, Sanitair, Batu dan Internet. Saya lupa. Maklum saya disitu cuma pendengar setia jadi gak sempat mencatat.

“Monggo Pak Candra panjenengan mulai…” instruksi bu Anik dengan nada lembut meminta pak Candra memulai acaranya. Pak Candra sepertinya pemilik rumah dan pemilik perusahan UD Dharma Putra. “Assaalmualaikum warah matulaahi wabarokatuh….” Salam dari pak Candra untuk seluruh peserta. Kemudian pak Candra menjelaskan maksud kedatangan Ibu Anik dan rombongannya pada peserta sosialisasi itu. Terlihat banyak peserta yang tua dan sedikit yang remaja. Nampak tangan mereka yang besar dan terlihat ada kemunculan otot di lengan mereka. Saya berkeyakinan mereka adalah pekerja UD pak Candra. Pantas, karena mereka sehari-hari memahat dan menata batu-batu besar. Tak lama setelah membuka acara, Pak Candra mempersilahkan Ibu Anik untuk berbicara. “Assalamualikum warah matuollhi wabarokatuh….” Ucap bu Anik dengan nada sedikit cepat dan feminim. Kemudian bu Anik memperkenalkan rombongan jurusan Teknik Elektro satu-persatu dilanjutkan dengan memberikan penjelasan maksud kedatangannya sambil diselingi sedikit bahasa jawa kromo (bahasa jawa halus). Terlihat mas Nova sedang sibuk menjepret dari segala sisi sambil ikuti melihat hasil fotonya. Setelah itu, Ibu Anik mempersilakan Pak Didik untuk menjelaskan slide-slide powerpoint yang sudah dibuatnya. Pak didik membuka presentasinya dengan salam dan mulai menjelaskan sambil sesekali melihat monitor flat laptop Lenovo miliknya. Penjelasan disisipi dengan bahasa jawa dengan maksud agar lebih dipahami. Secara umum, inti penjelasan dari Pak Didik adalah bahwa membantu pemasaran kerajinan-kerajinan UD Dharma Putra seperti pot bunga, atribut taman, pancuran yang terbuat dari bahan batu melalui media internet. Seperti e-commerse gitu. Jadi nanti produk-produk dari Pak Candra akan dipasarkan melalui website yaitu www.potbunga-malang.com. Tentunya pak Didik menjelaskan apa itu internet dengan bahasa yang mudah dipahami. Sambil sesekali memberikan contoh gosip-gosip artis di internet. “Jadi nantinya…produk-produk dari UD Dharma Putra bisa dilihat calon pembeli di seluruh dunia…di Amerika…Cina…Malaysia…dan lain-lain” papar Pak Didik kepada peserta yang terlihat beberapa sesekali mengangguk-angguk tanda mengerti.




gambar salah satu kerajinan air mancur UD Dharma Putra




gambar website UD Dharma Putra

Setelah menjelaskan dengan detail dan menyeluruh, pak didik mempersilahkan peserta untuk bertanya. “Monggo pak…mengke kulo foto” celetuk mas Nova memancing peserta bertanya karena terlihat mereka malu-malu untuk bertanya. “Mengke dimasukkan internet…” tambah Bu Anik sambil diikuti tawa kecil peserta. “Jadi beritanipun artis-artis teng tipi-tipi….Ariel kale Luna Maya…meniko cepat nyebar dateng internet ” canda Bu Anik sambil menunggu peserta bertanya”Jadi berita kale informasi meniko cepet nyebar teng internet…” lanjutnya. Selang beberapa detik, akhirnya ada juga yang peserta yang bertanya. Lebih tepatnya penyataan bukan pernyataan. Secara implisit bapak tadi menceritakan pengalaman kerjanya di Magelang yang notabene produk-produk yang dihasilkan dijual via internet.

Setelah lama bercengkrama, waktu makan telah tiba. Jadi nasi kotak yang sudah dipesan sebelumnya dibagikan kepada peserta. “Salman…bantu eva ambil konsumsi di luar…” tutur Bu Yuni yang kebetulan saat itu duduk bersebelahan dengan bu Anik. Langsung saya beranjak mengambil konsumsi di luar. Eva mengikuti dari belakang. Ada nasi kotak bertumpuk dibungkus tas kresek(plastik) warna merah di meja luar. Ada 3 tas kresek, Cuma satu kresek hanya berisi setengahnya. Rupanya sudah pas untuk peserta dan rombongan dosen. Eva dan saya kemudian membagi secara estafet nasi kotak tadi. Sambil dibantu mas Nova dan Pak Didik yang saat itu asyik bercengkrama dengan peserta.

Entah saat itu banyak yang makan atau tidak karena saya tetap berada di luar melihat-lihat hasil produk UD Dharma Putra. Ada pot bunga, sangkar burung, air mancur, tugu kecil, dan meja kursi yang semuanya terbuat dari pahatan batu. Tampak semuanya didominasi warna abu-abu gelap. Tapi saya beranggapan itu bukan dari batu, tapi dari semen yang dipahat dan diserupakan dengan batu. Mungkin!

Selang beberapa menit Ibu Yuni juga melihat-lihat kerajinan yang ada di luar. “Kapan jurusan ada tamannya bu? ”tanya saya bermaksud mengajak ngobrol, ”Nanti dikasih air mancur ini…” lanjut saya sambil menunjuk air mancur yang berukuran sedang.

Lama di luar rumah membuat saya tidak mengerti kalau semua rombongan sudah pamit pulang. Halah…halah…akhirnya saya langsung masuk ke dalam rumah dan menjabat tangan masing-masing peserta sambil pamit pulang.

Perjalanan pulang agak sedikit berbeda, karena Ibu Anik pulang dengan motor matiknya. Otomatis saya, mas Aziz, Sindhi, Pak Didik pulang dengan naik mobil Ibu Yuni. Dalam perjalanan pulang saya bertanya kepada Pak Didik, saat itu Ibu Yuni sedang menerima panggilan telepon dari seseorang sambil menyetir mobil. “Itu tadi proyeknya Ibu Anik Pak?” tanya saya sedikit sok tau. “Iya…”jawab pak didik singkat, “sebenarnya semua dosen itu harus mengabdikan diri kemasyarakat. Jadi tidak hanya mengajar di kelas saja…” lanjut pak Didik. “Seharusnya lulusan sarjana itu harus bisa membumi ke masyarakat, jadi nggak hanya teoritis aja, tapi harus tematik” tambah Ibu Yuni sambil nyetir.
 

Sebenarnya yang menjadi garis penting cerita ini adalah bahwa dosen--yang boleh saya sebut kaum profesional—seharusnya lebih intens untuk mengaplikasikan kompetensinya dalam masyarakat. Bisa dibayangkan jika mayoritas dosen mampu mengaplikasikan kompetensinya dalam masyarakat, bisa jadi apa negeri ini? Selama ini yang kedepankan hanya sebatas teori, pada prakteknya malah NOL. Contoh kecil misalnya, di kuliah keteknikan ada matakuliah yang bernama K3(Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang membahas tentang atribut dan perilaku selama bekerja. Selama ini bagaimanakah peran matakuliah ini? Pada faktanya, banyak pekerja yang masih teledor dalam bekerja, banyak perusahan yang menggadaikan nyawa pekerjanya, banyak pekerja yang tidak memakai atribut lengkap, dan banyak lagi. Tapi, kita kan Indonesia? Bukan Indonesia kalau mentaati aturan…Selamat datang di Indonesia!

Share this:

CONVERSATION